Derira Tarisa Harahap. S.IP. Girl, you always know how to make everything seems so easy. Never mind what people think about you. Cheering up people you loved, and knowing what the best for yourself. Kamu pasti akan bisa menjalankan kehidupan yang kamu inginkan, whatever it takes. Kamu akan melaluinya dengan mudah, wanitaku. Perluas pengetahuanmu, perluas hasratmu dalam menyelami apapun yang kamu suka. Segera kamu akan jadi wanita yang penuh kehangatan. Terima kasih, Derira untuk semangatnya :)
Salman Firdaus. S.IP. I know. You're such a swagger, smart one, and lucky bastard. But i can't denied, you're the one who always broke my arguement, you're the one who i could asked about anything. Well, you're the nicest person i ever met. Sal, jangan terlalu meninggikan dirimu. Selalu tundukkan kepalamu, lihat sekitarmu. Mulai dengan potong ponimu. Mungkin itu membantumu memperluas area pandangmu. Jadilah orang sukses, kemudian pinang gadis yang membuatmu bahagia. Terima kasih, Salman untuk pengetahuannya :)
Dini Arista Mardiani. S.IP. Hey, my best best partner in everything. I always said to every people who asked me about you, you're the girl who know what you've been done. You're the girl who always beside me whevener and wherever. Dini, like i always said to you many times, jadilah perempuan yang kuat, jadilah role model untuk adik-adikmu, jangan pernah goyahkan keputusan dan keinginanmu hanya karena bisikan sekitarmu. Jadilah perempuan yang dapat diandalkan. Jatuh cintalah pada apa yang kamu suka, pada apa yang membahagiakanmu. Kamu pendengar, kamu teman dalam segala hal. Ingat bahwa kita pernah begitu dekat. Capai cita-citamu, raih kesuksesanmu. Jangan berhenti bersyukur, hidupmu akan naik turun. Remember or not, you'll always be my best best friend. Terima kasih, Dini untuk waktu, kesempatan, momen, dan segala pertolonganmu :)
Sudah. Jangan berharap aku akan membahas tentang teori ekonomi pasar disini.
Kamu salah tafsir judul.
Tapi ya, ini hanya sebuah fenomena yang mungkin disadari banyak manusia pengguna kendaraan. Aku yakin kalian tidak jarang melontarkan sumpah serapah atau gerutuan diikuti bibir yang kemudian manyun ketika kalian hendak menaiki kendaraan kalian kemudian....
PRITTTT!
Seperti Kaiju di Pacific Rim yang tiba-tiba muncul dari permukaan.
Jadi, sebenarnya itu sudah resiko kita dalam memiliki kendaraan. Seperti resiko pengendara roda empat yang lambat laun harus mengisi bahan bakar kendaraan kita dengan PERTAMAX setelah Premium diklaim sebagai subsidi untuk yang tidak mampu. Walaupun begitu aku masih merasa tidak mampu untuk membeli pertamax.
Nah, kembali kepada permasalahan lahan di negara kita. Kurangnya lapangan pekerjaan, lemahnya otonomi setiap daerah, meluapnya jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan lahan pekerjaan, memaksa setiap kepala keluarga atau individu memutuskan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Alhasil, terjadilah pemungutan uang parkir yang tiba-tiba hampir ada di setiap ruas jalan. Rasanya mangkel-mangkel kasihan. Jelas mereka butuh pendapatan, tapi ketika itu semua menjadi alternatif pekerjaan yang mudah dan cepat, kita pun mulai gerah.
Pasalnya, bila kita menghitung jumlah total uang parkir yang kita keluarkan selama sebulan saja, itu dapat mencapai ratusan ribu. Itu baru dari satu kendaraan. Bayangkan belasan bahkan puluhan kendaraan bergantian parkir dalam sehari, kemudian dalam sebulan tukang parkir jauh lebih makmur. Aku sebagai pengemudi kendaraan roda empat, yang harus merogoh kocek 2000-3000 rupiah setiap berhenti di satu tempat, merasa 'baiklah itu adalah resiko ketika kamu membawa kendaraan', namun kemudian apa yang dapat kita perbuat ketika kita berhenti di satu tempat yang ;
PERTAMA : kita dengan mudah dapat parkir sendiri
KEDUA : Tukang parkir hanya duduk ketika kita datang
KETIGA : Kita berhenti dalam jangka waktu yang sebentar
Hasilnya?
"Mbak, 2000 mbak."
Hanya bisa bengong, pasrah di minta uang parkir. Ini yang dalam beberapa kasus bisa aku katakan sebagai permintaan melampaui pembelian.
Permintaan uang parkir melampaui pembelian di tempat berhenti. Bahkan ketika kamu hanya butuh mengeluarkan 600 rupiah untuk nge-print di warnet, kamu harus jauh lebih sabar ketika harus mengeluarkan 2000 rupiah untuk parkir.
Sudah. Sudah curhatnya.
Mungkin, seluruh uang parkir yang sudah aku keluarkan, bila dikumpulkan dapat terbeli satu sepeda keren.
Lucu juga.
Hari ini Endonesa memperingati Hari Anak Nasional (Hari Anas). Aku tidak terlalu tahu. Kebetulan tahu dari Google yang rajin membuat edisi-edisi spesial dalam memperingati hari. Jadi Hari Anas ini diperingati setiap 23 Juli menurut Keputusan Presiden Republik (E)Indonesia Nomer 44.
Nah, lucu juga.
Di kala seharusnya seluruh anak di negeri kita ini di berdayakan dan di kembangkan pendidikannya, di berita kita malah di bombardir dengan berita ormas bertingkah lagi. Sudah hilang makna Ramadhan tahun ini, ketika sebuah organisasi masyarakat yang mengklaim diri mereka adalah laskar Islam garis keras, malah beradu mulut, melakukan sweeping prostitusi di Kendal secara tiba-tiba, berakhir kriminal, dan berujung saling menyalahkan. Seharusnya, jika laskar Islam ini benar-benar merasa umat Tuhan paling taat, hanya karena berusaha memberantas maksiat dan keburukan di tanah mereka tanpa pandang bulu, tidak seharusnya mereka kemudian meneriakkan kebenaran mereka dengan emosi, saling tuding, dan menjatuhkan. Seharusnya mereka itu TARAWEH bukan MARAH-MARAH. Semua salah. Dengan saling mencaci maki tanpa isi, mereka seperti anak kecil yang berkelahi karena masalah "kamu yang bikin vas itu jatuh." "bukan aku. Kamu yang dorong aku hingga vas itu jatuh." "kamu duluan yang mengejekku!" "kamu bohong!" Yah. Kecurigaanku para 'petinggi yang meninggi' ini mengalami penyakit leukodystrophy. Ini semacam penyakit genetik langka yang menyerang mielin dalam sistem saraf, sumsum tulang belakang dan otak. Intinya, fungsi otak seseorang akan semakin menurun sehingga mereka akan bertingkah kekanak-kanakan.
Lucu juga, kan?
Entah mereka ingin memperingati Hari Anas ini dengan mendalam sehingga bereaksi seperti anak kecil, atau mereka benar-benar kelainan otak. Fungsi otak mereka menurun drastis. Menyedihkan. Kondisi negara kita bukan lagi dalam level siaga, tapi sudah waspada. Masyarakat tidak lagi dapat mengandalkan yang seharusnya dapat diandalkan. Mereka seperti pria-pria bajingan yang sehabis menghamili wanita, kemudian acuh saling tuding tidak mau bertanggung jawab. Jelas mereka bajingan, kan? Cuma mau enaknya.
Lucu.
Hari Anak Nasional di abaikan, kemudian seluruh perhatian terpusat pada adu mulut pria bajingan yang terkena penyakit genetik leukodystrophy.
Masa depanmu mulai dipertanyakan, Nak. Mengharap kalian dapat bertahan hidup di sini saja sudah terlalu jauh. Apalagi berharap kalian dapat menjadi penerus bangsa. Tapi, cobalah hibur dirimu dengan bermimpi. Setidaknya mimpi, tekadmu, dan keikhlasan dapat membawamu jauh dari busuknya orang-orang yang lebih tinggi darimu itu.
Eh tapi. Hari ini anak-anak komplek kosanku meledakkan banyak petasan. Jelas mereka sudah memiliki cita-cita mereka *tutup telinga*
Benar. Judul diatas memiliki dual makna. Apapun makna itu, akan terlihat seperti susah namun tidak pula mudah. Sungguh itu hal yang normal, ketika kita mengeluh akan kesulitan yang terjadi sepanjang hidup kita. Manusia toh memiliki sistem dalam fungsi tubuh yang bekerja bersama otak. Ketika tanganmu tengah mencoba membuka tutup botol dan mulai terasa sakit, syaraf tangan akan secara langsung memberi isyarat kepada otak, dimana kemudian otak akan mengirimkan sinyal kepada syaraf mulut. Alhasil yang terlontar adalah "ah sial. Susah bener buka botol aja." atau umpatan kasar "anjing, buka botol aja ga kuat. Lemah."
Hal yang sebetulnya mudah, dapat terasa sukar apabila kita sudah membatin sedari awal bahwa itu tidak akan mudah. Sugesti kita telah sedikit menanamkan rasa pesimis, walau kadang untuk beberapa orang dapat menumpuknya dengan rasa optimis yang jauh lebih besar. Beneran deh, pernah kan merasa pesimis akan sesuatu? Reaksi yang diberikan otak pun beragam ketika syaraf tubuh yang lain mengalami kesulitan. Kadang ada yang tidak kompak, seperti misal kita tengah membersihkan sesuatu yang sepertinya sulit dihilangkan. Syaraf tangan telah hampir menyerah, ketika otak kita masih berpikir "masa sih gabisa ilang?" Hingga kemudian mencoba terus sampai puas.
Nah, kemudian bagaimana yang susah dapat menjadi mudah? Ini yang masih nyangkut di otak. Banyak spekulasi yang kemudian menerjemahkan kejadian-kejadian beberapa orang, dimana suatu hal yang bagi orang lain susah, namun dapat dilakukan dengan mudah. Contoh paling dekat. Aku punya teman kuliah yang cukup dekat. Kami, teman-temannya, mengenal dia sebagai sosok yang antusias. Terutama dalam mencari sesuatu yang baru. Semacam Dora The Explorer, dia selalu bersemangat apabila urusan berpetualang atau mencoba hal baru. Kita tahu dia gadis yang cerdas, namun dia cuek. Karena cuek, dia dapat melakukan apa-apa sendiri. Independen. Baru-baru ini, kabar gembira datang darinya. Luar biasa anak ini. Akhir tahun ini dia akan berangkat ke Yunani dalam rangka exchange programme yang diadakan oleh Erasmus Mundus. Benar-benar, dia selalu memberi kejutan. Sering menghilang, tahunya dia iseng mendaftar dan lolos. Cerdas dan beruntung benar. Tidak sekali ini saja, dulu dia pernah berangkat ke Thailand untuk sebuah kongres selama 10 hari. Kali ini dia akan 10 bulan di Yunani.
Jadi, setelah aku melihat-lihat kembali program yang ditawarkan Erasmus Mundus itu, memang tidak mudah syarat dan ketentuannya. Bukan berat di ongkos, malah kita dibebaskan dari biaya dan juga mendapat uang beasiswa yang jumlahnya sangat lumayan, namun berat di syarat akademik dan essay. Tidak semua orang dapat menulis essai dalam bahasa lain selain Indonesia. Apalagi tema essai yang diangkat menyangkut tentang masalah sosial dan budaya negara lain, tanpa skill yang bagus, mungkin kita sudah minder duluan melihat salah satu syarat tersebut. Namun apa? Temanku menjadikan itu terlihat mudah. Aku lupa mendeskripsikan temanku ini. Dia jauh dari individu yang 'terlihat pintar' secara penampilan. Suka memakai kaos dan celana training, sandal jepit, tidak rapi, tidak peduli penampilan, dan tidak suka berlama-lama di perpustakaan atau di kampus sendiri. Lalu bagaimana bisa? Kalau kata dia sih, semua tergantung niat. Ketika kamu sudah berniat untuk menaklukkan itu, rasa optimismu dapat memacu seluruh syaraf tubuh untuk bekerja dua kali lipat lebih keras dalam mencapai tujuan. Tapi perlu di ingat, selalu iringi optimismu dengan keikhlasan. Urusan berhasil atau gagal itu belakangan, coba untuk mempertahankan niat dan usahamu. Tetap saja itu jerih payahmu gagal atau tidaknya. Mudah untuk berkata memang, kadang susah untuk melakoninya. Lalu, mengapa tidak dibuat mudah semua saja?
Paling mudah menjadikan yang mudah menjadi susah, karena rasa pesimis yang melampaui optimis. Namun, paling berharga dan nikmat ketika kamu dapat menjadikan yang susah menjadi mudah. Seiring itu semua berjalan, selalu ada logika yang berperan.
Ah sudahlah. Sepertinya aku semakin melantur malam ini. Keletihan hari ini, terkuras emosi dan jiwa, rasanya seimbang dengan keinginanku menulis. Setidaknya menulis sesuatu. Setidaknya kalian masih menganggapku ada dan hidup.
Mudahkanlah dirimu untuk membaca dan menulis. Jangan dibawa susah. Kalau kata seseorang "Hidupku sudah terlalu dangdut". Penuh lika-liku.
:)
Hal yang sebetulnya mudah, dapat terasa sukar apabila kita sudah membatin sedari awal bahwa itu tidak akan mudah. Sugesti kita telah sedikit menanamkan rasa pesimis, walau kadang untuk beberapa orang dapat menumpuknya dengan rasa optimis yang jauh lebih besar. Beneran deh, pernah kan merasa pesimis akan sesuatu? Reaksi yang diberikan otak pun beragam ketika syaraf tubuh yang lain mengalami kesulitan. Kadang ada yang tidak kompak, seperti misal kita tengah membersihkan sesuatu yang sepertinya sulit dihilangkan. Syaraf tangan telah hampir menyerah, ketika otak kita masih berpikir "masa sih gabisa ilang?" Hingga kemudian mencoba terus sampai puas.
Nah, kemudian bagaimana yang susah dapat menjadi mudah? Ini yang masih nyangkut di otak. Banyak spekulasi yang kemudian menerjemahkan kejadian-kejadian beberapa orang, dimana suatu hal yang bagi orang lain susah, namun dapat dilakukan dengan mudah. Contoh paling dekat. Aku punya teman kuliah yang cukup dekat. Kami, teman-temannya, mengenal dia sebagai sosok yang antusias. Terutama dalam mencari sesuatu yang baru. Semacam Dora The Explorer, dia selalu bersemangat apabila urusan berpetualang atau mencoba hal baru. Kita tahu dia gadis yang cerdas, namun dia cuek. Karena cuek, dia dapat melakukan apa-apa sendiri. Independen. Baru-baru ini, kabar gembira datang darinya. Luar biasa anak ini. Akhir tahun ini dia akan berangkat ke Yunani dalam rangka exchange programme yang diadakan oleh Erasmus Mundus. Benar-benar, dia selalu memberi kejutan. Sering menghilang, tahunya dia iseng mendaftar dan lolos. Cerdas dan beruntung benar. Tidak sekali ini saja, dulu dia pernah berangkat ke Thailand untuk sebuah kongres selama 10 hari. Kali ini dia akan 10 bulan di Yunani.
Jadi, setelah aku melihat-lihat kembali program yang ditawarkan Erasmus Mundus itu, memang tidak mudah syarat dan ketentuannya. Bukan berat di ongkos, malah kita dibebaskan dari biaya dan juga mendapat uang beasiswa yang jumlahnya sangat lumayan, namun berat di syarat akademik dan essay. Tidak semua orang dapat menulis essai dalam bahasa lain selain Indonesia. Apalagi tema essai yang diangkat menyangkut tentang masalah sosial dan budaya negara lain, tanpa skill yang bagus, mungkin kita sudah minder duluan melihat salah satu syarat tersebut. Namun apa? Temanku menjadikan itu terlihat mudah. Aku lupa mendeskripsikan temanku ini. Dia jauh dari individu yang 'terlihat pintar' secara penampilan. Suka memakai kaos dan celana training, sandal jepit, tidak rapi, tidak peduli penampilan, dan tidak suka berlama-lama di perpustakaan atau di kampus sendiri. Lalu bagaimana bisa? Kalau kata dia sih, semua tergantung niat. Ketika kamu sudah berniat untuk menaklukkan itu, rasa optimismu dapat memacu seluruh syaraf tubuh untuk bekerja dua kali lipat lebih keras dalam mencapai tujuan. Tapi perlu di ingat, selalu iringi optimismu dengan keikhlasan. Urusan berhasil atau gagal itu belakangan, coba untuk mempertahankan niat dan usahamu. Tetap saja itu jerih payahmu gagal atau tidaknya. Mudah untuk berkata memang, kadang susah untuk melakoninya. Lalu, mengapa tidak dibuat mudah semua saja?
Paling mudah menjadikan yang mudah menjadi susah, karena rasa pesimis yang melampaui optimis. Namun, paling berharga dan nikmat ketika kamu dapat menjadikan yang susah menjadi mudah. Seiring itu semua berjalan, selalu ada logika yang berperan.
Ah sudahlah. Sepertinya aku semakin melantur malam ini. Keletihan hari ini, terkuras emosi dan jiwa, rasanya seimbang dengan keinginanku menulis. Setidaknya menulis sesuatu. Setidaknya kalian masih menganggapku ada dan hidup.
Mudahkanlah dirimu untuk membaca dan menulis. Jangan dibawa susah. Kalau kata seseorang "Hidupku sudah terlalu dangdut". Penuh lika-liku.
:)