Tentang Pohon Penghujan
12:38 AM
Saya
menyadari satu hal. Menyenangkan juga pergi mengunjungi suatu acara kompetisi
film independen. Mungkin di lain kesempatan, saya tidak akan melewatkannya lagi
:)
Ah,
jadi begini. Mengapa saya menjadi suka datang ke acara film independen? Saya
paham tidak banyak yang peduli, namun percaya sama saya, ketika kamu
mengunjungi festival film independen, banyak kejutan untukmu. Contohnya
pengalaman pertama saya mengunjungi puncak acara annual buatan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas
Islam Indonesia (UII) yaitu Festival Film Independen (FFI). Tertanggal 1 Juni
2013, kebetulan yang membawa saya kembali menyukai acara-acara seperti itu. Iya
kebetulan teman saya bertugas memandu acara puncak FFI tersebut di Societet ,
Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Kebetulan juga saya punya waktu luang. Kebetulan
juga saya rindu dengan tontonan berdurasi pendek tanpa membayar mahal (cukup
dengan Rp 12.000 untuk tiket masuk). FFI merupakan rangkaian kompetisi film independen,
dimana seluruh individu yang merasa berjiwa sineas, mampu menunjukkan bakat dan
eksistensinya di ajang ini. Mengharukan karena mereka tidak repot-repot
memberikan syarat yang banyak. Peserta berusia 15-50 tahun, dengan strata
pendidikan yang tidak dibatasi, dan tidak membatasi tema cerita agar peserta
dapat lebih mengekspresikan karya mereka.
Mengejutkan
pula karena ternyata dukungan memang datang langsung dari internal kampus
mereka, sehingga FFI ini dapat berlangsung hingga mencapai tahun ke-7. Saya pun
kembali ingat dan mempertanyakan eksistensi komunitas film di kampus saya.
Benar adanya penyesalan selalu menjadi yang paling bontot.
Sejujurnya,
saya tidak mengikuti event ini dari
tahun ke tahun. Ya, sejujurnya juga saya bahkan baru mengetahui kompetisi ini.
Malu juga, sebagai mahasiswa yang pernah nyemplung
di dunia film, aktif dalam komunitas dan pernah membuat film pendek, tidak
tahu menahu soal kompetisi ini. Bahkan tahun ini, mereka berani mengambil Ifa
Ifansyah sebagai juri. Membuktikan ajang ini cukup kredibel untuk kemudian
dapat diikuti semakin banyak calon sineas di tahun berikutnya.
Hari
itu, para penonton di suguhkan delapan film yang telah di seleksi oleh juri
dari sekian banyak film yang mendaftar. Mengingat salah satu kriteria lomba ini
adalah boleh memasukkan film yang di produksi dari tahun 2011-2013, ada peserta
yang ‘iseng’ memasukkan karya mereka yang berjudul ‘Koridor’, dibuat oleh dua
siswa SMA di tahun 2011 (kini mereka mahasiswa semester 2). Dibuat sederhana,
dengan memasukkan unsur komedi, dan juga ide cerita yang tidak biasa. Cerita
yang sangat sederhana, perjuangan seorang siswa SMA untuk masuk ke dalam ruang
kelasnya yang telah dikunci oleh gurunya karena ia terlambat. Walaupun dengan
format video yang tidak begitu bagus (mungkin direkam dengan video recorder), namun film berdurasi
tidak lebih dari 10 menit itu mampu menggelakkan tawa penonton karena tingkah
laku si aktor yang spontan. Ada pula karya yang berusaha mengambil tema slasher macam Modus Anomali atau Killer,
ada juga yang mengangkat cerita tentang dokumentasi orang bunuh diri.
Ada
satu film yang membuat saya senyum-senyum sepanjang penayangan. Mungkin juga
dengan penonton lainnya. Jelas film ini memiliki sesuatu yang lucu dan unik.
Kebetulan saya penyuka film fiksi dan drama fantasi. Jatuh cintalah saya pada
judul ‘Pohon Penghujan’. Beruntung saya menghadiri ajang ini, di kala film in
belum muncul dan masih sekedar teaser di
Youtube, saya sudah menonton full movie.
Pantas
film ini bagus secara pengambilan gambar, tampilan, dan scoring. Andra Fembriarto bukan nama baru dalam dunia film
independent. Mungkin ini proyek film pendek pertamanya, namun ia telah jauh
pernah membuat beberapa sitkom seperti
Bukan Jam Kantor, Jalan-Jalan Men, dan Sunset On Rooftop. Semua karyanya di
tayangkan di Youtube di bawah bendera Malesbanget.com . Dalam film pendek
perdananya ini, Andra mengambil genre drama
fantasi. Sepanjang film, hanya suara “aaaw....” atau “cieeh...” bahkan ada yang
tidak sengaja menaikkan level suaranya ketika ia mengatakan “unyuu banget...”.
Tapi memang benar adanya. Film ini cukup manis dan unyu, karena menghadirkan keindahan setting sebuah pohon besar yang
tumbuh di lahan kosong dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit
ibukota. Manis lagi, tokoh yang di suguhkan adalah seorang pria muda tampan dan
seorang gadis. Ah, bukan romantisme dua sejoli, namun sebuah rasa hangat yang
tercipta dari kelucuan dan kepolosan seorang pemuda dan gadis kecil!
Tidak
pernah terbayangkan oleh Arga (Petra ‘Jebraw’ atau mungkin kalian lebih
mengenalnya sebagai Jebraw ‘Jalan-Jalan Men!’) dapat begitu terusiknya dengan
tingkah laku seorang gadis kecil yang atraktif. Ia menemukan rutinitas yang
menenangkan, yaitu membaca buku di bawah pohon penghujan. Malang, suatu hari rutinitasnya
harus berhenti tatkala seorang gadis kecil mulai mengganggunya dengan segala
upaya. Nah, disini bagian dimana kehangatan itu muncul ketika kalian
menontonnya. Yes, you should see by yourself!
Walau
begitu, prestasi yang diraih film ini cukup membuat yakin bahwa film ini pantas
untuk dinantikan. Membawa pulang piala penghargaan dari FFI dalam kategori
‘Film Terinspiratif & Terkreatif’ yang di pilih langsung oleh para juri,
dan ‘Film Favorit Penonton’ yang di ambil melalui voting saat itu juga.
I suggest
you all to see the teaser first on Youtube. Tidak kalah lucu dan jangan
salahkan saya bila kalian jadi menunggu film pendek ini! :)
2 komentar
Bian! Tulisanmu makin bagus! Hahaha. Apakah kamu masih sering nulis ndul?
ReplyDeleterurianaaah! Hahahay bagus apaan itu amburadul cuk. Udah jarang neng, terbatas waktu ihiks. Meet up dong! :D
ReplyDelete